Rumah Adat Melayu Populer yang Ada di Nusantara

Suku Melayu memiliki ciri khas mulai dari tarian, gaya bicara, hingga bentuk rumahnya. Suku ini mendiami beberapa wilayah di Nusantara, seperti Sumatra Utara dan Riau karena keduanya memiliki wilayah yang berdekatan. Hal ini membuat keduanya memiliki kebudayaan yang hampir sama, termasuk rumah adatnya.

Namun, rumah adat Melayu yang ada di Sumatra Utara dan di Riau memiliki ciri khas masing-masing, misalnya dalam hal bentuk atap, ornamen, hingga fungsi dan modelnya. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut ini.

Rumah Adat Melayu di Sumatra Utara

Salah satu kabupaten di Sumatra Utara, yakni Kabupaten Langkat, dulunya merupakan daerah Kesultanan Melayu. Tak heran, di sini banyak ditemukan bangunan dengan arsitektur melayu. Gedung MABMI, misalnya.

Rumah adat tersebut kini difungsikan sebagai Gedung Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia. Majelis ini merupakan sebuah lembaga penelitan yang menjaga agar budaya melayu tetap eksis mengikuti perkembangan zaman.

Arsitektur melayu terlihat cukup kental pada bangunan ini. Gedung ini dibangun dengan model rumah panggung yang ditopang dengan tiang setinggi 2 meter. Bagian bawahnya biasa digunakan sebagai tempat parkir atau bersantai.

Pada bagian depan gedung, terdapat dua tangga yang menghubungkan ke teras utama. Ornamen khas Melayu juga terlihat pada ukiran yang memenuhi beton penyangga serta dindingnya. Hiasan kandang rasi sebagai pembatas lantai turut menambah keindahan interiornya.

Rumah adat suku Melayu ini juga memiliki serambi depan dan samping yang luas. Pemandangannya pun sangat indah dengan sajian hamparan rumput hijau sehingga sangat nyaman untuk dijadikan tempat bersantai.

Rumah Adat Suku Melayu di Riau

Riau dan Melayu memang tidak bisa dipisahkan. Hal itu disebabkan wilayah tersebut sebagian besar dihuni oleh suku Melayu. Berikut ini beberapa rumah adat Melayu di Kabupaten Riau yang populer dan masih eksis hingga kini.

  1. Rumah Adat Atap Lontik

Rumah Atap Lontik merupakan tempat tinggal suku Melayu di Kecamatan Lima Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Dinamakan lontik karena bentuk perabung atapnya yang lentik dengan kedua ujung melengkung ke atas.

Desain hunian ini berbentuk segi panjang dengan gaya panggung, dihiasi dengan ukiran dan hiasan perahu di setiap kaki dinding rumah. Tangga yang dimiliki rumah Atap Lontik berjumlah ganjil.

Pada setiap bagian rumah terkandung nilai filosofi sendiri, misalnya jumlah tiang penyangga melambangkan mata angin. Sementara itu, simbol segi enam merupakan perlambang rukun iman dalam Islam.

Keunikan lainnya adalah sisi kanan dan kiri dinding rumah dibuat miring seperti perahu. Tak hanya sebagai bangunan untuk berteduh, rumah ini memiliki makna yang cukup mendalam, yakni sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.

  1. Rumah Melayu Atap Limas Potong

Rumah Melayu Atap Limas Potong banyak dijumpai di daerah Riau karena memang mayoritas penduduknya suku Melayu. Gaya rumah ini berbentuk panggung dengan tiang penyangga setinggi 1,5 hingga 2 meter.

Di dalam rumah juga terdapat berbagai ruangan dengan fungsi berbeda. Salah satu ciri khas bangunan ini adalah ukuran dan bentuknya yang menggambarkan status ekonomi dan sosial penghuninya. Semakin kaya si pemilik rumah, semakin besar juga bangunan yang didirikan.

  1. Rumah Singgah Sultan Siak

Rumah adat Melayu jenis ini menjadi bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Pekanbaru. Menurut sejarah, rumah ini dibangun pada tahun 1895. Letaknya berada tepat dibawah Jembatan Siak 3, sekitar 20 meter dari pinggir sungai.

Kayu merupakan material utama bangunan ini. Arsitekturnya masih asli sejak pertama kali dibangun. Rumah ini sudah sering mengalami renovasi, tetapi tidak menghilangkan ciri khas aslinya. Rumah singgah Sultan Siak merupakan rumah adat Melayu yang masih berdiri kokoh dan satu-satunya di Pekanbaru.

Rumah ini terdiri dari tiga bagian berbentuk persegi panjang dengan dua bentuk persegi panjang kecil mengapit bagunan yang besar. Secara umum, rumah juga dibagi atas kaki rumah, tubuh, dan atap.

Bagian kakinya terbuat dari beton dengan tonggak berjumlah 18 dan 22 buah. Sebagian tonggak memiliki ukiran dan hiasan penuh. Bagian tubuh rumah yang dibuat dari kayu berbentuk papan terbagi atas beberapa ruangan dengan fungsi yang berbeda.

  1. Balai Selaso Jatuh Kembar

Dinamakan demikian karena rumah ini memiliki dua selasar yang lantainya lebih rendah dibanding ruang tengah. Fungsinya bukan sebagai tempat hunian biasa, melainkan untuk melaksanakan rapat, musyawarah, atau kegiatan adat dan keagamaan lainnya.

Kini, rumah khas suku Melayu tersebut hanya tersisa beberapa bagunan saja. Kegiatan musyawarah kini dilakukan di rumah ketua adat, sementara hal lain yang berkaitan dengan keagamaan digelar di masjid.

Itulah beberapa rumah adat melayu di Nusantara yang masih eksis hingga kini. Masing-masing memiliki desain ruang dan atap yang berbeda yang menjadi ciri khasnya. Jika ingin mengetahui ragam rumah adat provinsi lain, Anda bisa berkunjung ke https://mimpibaru.com/.

Scroll to Top