Sejarah dan Perkembangan Tari Serimpi

Tarian tradisional pada setiap daerah memiliki nilai filosofis yang tinggi sehingga sangat dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Tarian tradisional juga menjadi salah satu hasil budaya dari masyarakat. Oleh karena itu, setiap daerah memiliki jenis dan bentuk tarian tradisional yang berbeda. Salah satu jenis tarian tradisional yang memiliki nilai filosofis tinggi dan menjadi tarian sakral adalah Serimpi. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sudah berkembang sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung. Serimpi menjadi tarian sakral bagi Kerajaan Mataram Islam. Akan tetapi, dikarenakan adanya Perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Hal ini membuat adanya perbedaan jenis Tarian Serimpi pada kedua kerajaan tersebut.

Deskripsi Tarian Serimpi

Dikutip dari https://arraziibrahim.com/, tarian Serimpi berasal dari kata Impi. Arti dari kata Impi adalah mimpi. Hal ini dikarenakan pertunjukan Tarian Serimpi bisa menarik penontonnya untuk masuk ke dalam dunia mimpi secara tidak sadar. Tarian Serimpi merupakan salah satu tarian tradisional yang memiliki nilai sakral yang tinggi. Hal ini dikarenakan Tarian Serimpi hanya dipertunjukkan pada acara penting dari Kerajaan Mataram Islam saja. Misalnya acara Pisowanan Agung. Tarian Serimpi ditarikan oleh 4 orang penari perempuan. Setiap penari perempuan memiliki sebutan masing – masing yang diambil dari empat elemen yaitu air, tanah, angin, dan api. Selain itu, para penari Tarian Serimpi juga harus ditarikan oleh para penari pilihan. Tidak semua penari bisa menarikan Tarian Serimpi dalam kerajaan. Hal ini dikarenakan pentingnya kedudukan Tarian Serimpi dalam kerajaan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Tarian Serimpi berasal dari budaya Kerajaan Mataram Islam. Akan tetapi, karena penjajahan Belanda serta adanya perjanjian Giyanti, maka Tarian Serimpi yang ada padaย  Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta juga berbeda. Mereka memiliki inti gerakan yang sama tetapi beberapa ornamen dan gerakan tambahannya berbeda. Tarian Serimpi yang ditampilkan di Kesultanan Ngayogyakarta memiliki beberapa jenis yaitu Serimpi Babul Layar, Serimpi Dhepel, dan Serimpi Genjung. Sementara itu, Tarian Serimpi yang ditarikan di Kasunanan Surakarta terdiri dari berbagai jenis yaitu Serimpi Anglir, Serimpi Bondan, dan Serimpi Mendung.

Tarian Serimpi memiliki busana yang khas dan berbeda dengan tarian jenis lain. Busana Tarian Serimpi dibuat dari kain seredan yang dipadukan dengan baju tanpa lengan. Meskipun, pada awalnya busana Tarian Serimpi mirip dengan busana pengantin seorang putri kerajaan. Pada saat Tarian Serimpi ditampilkan, maka Tarian ini akan diiringi dengan pembacaan sebuah narasi yang bernama Kandha. Selain itu, Tarian Serimpi juga diiringi dengan musik gamelan Jawa. Beberapa gending atau lagu tradisional Jawa sering dipilih sebagai salah satu musik pengiring dari Tarian Serimpi. Umumnya, gending tersebut dipilih berdasarkan kesesuaian acara dan tema dari gending.

Mempublikasikan Tarian Tradisional

Tarian tradisional memiliki nilai penting bagi masyarakat. Beberapa cerita masyarakat yang berkembang juga diceritakan melalui tarian tradisional. Akan tetapi, saat ini banyak anggota masyarakat yang tidak mengetahui atau tidak familiar dengan tarian tradisional. Oleh karena itu, perlu adanya publikasi tarian tradisional menggunakan media sosial sehingga masyarakat bisa dengan mudah melihat seperti apa tarian tradisional tersebut. Selain itu, berbagai macam informasi mengenai tarian tradisional juga sebaiknya dipublikasikan agar masyarakat bisa mengerti makna dari tarian tradisional. Salah satunya adalah dengan menggunakan layanan publikasi dari Lahana Media.

Scroll to Top